Heloo my friends I hope you enjoyed to read my post (:

Selasa, 12 Oktober 2010

Insiden Hotel Yamato di Surabaya

Kronologi penyebab peristiwa
Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia
Tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian tanggal 8 Maret 1945, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan perjanjian Kalidjati. Setelah penyerahan tanpa syarat tesebut, Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada bulan Agustus 1945. Dalam kekosongan kekuasaan asing tersebut, Soekarno kemudian memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada17 Agustus 1945.
Kedatangan Tentara Inggris & Belanda
Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.



                                                                  Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya

Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato(bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Sudirman, pejuang dan diplomat yangsaat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung HotelYamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Sudirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.
















Kematian Brigadir Jenderal Mallaby
Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal E.C. Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.
Perdebatan tentang pihak penyebab baku tembak
Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party). Pada 20 Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi. Berikut kutipan dari Tom Driberg:
“… Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara sporadispada massa (Indonesia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untuk menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan dua senapan Bren dan massa bubar dan lari untuk berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya; yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby).
Saya pikir ini tidak dapat dituduh sebagai pembunuhan licik… karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat jujurnya saya tak punya alasan untuk pertanyakan … “
Ultimatum 10 November 1945
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan bom udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Berbagai bagian kota Surabaya dibombardir dan ditembak dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal mupun terluka.
Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris. Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.
Setidaknya 6,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. [2]. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600. Pertempuran berdarah di Surabaya yangmemakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yangmenjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Selasa, 28 September 2010

twitter pages mostly i wear

Tweetdeck




web


snaptu by phone


m.tweete.net




Twitscoop

my mostly i listening

The mostly I often listen the music are :

J  I like to Move it
J Kelly Clarkson – my life would stuck witout you

J akon – beautiful
J Zac Efron – Bet On it

J Black Eyed Peas – boom boom pow
J Jay Sean – Down
J Black Eyed Peas – I gotta feeling
J Katy Perry – California Girls

J Milley Cyrus –Party In the USA
J All of Pitbull songs
J Lenka – The Show


Akon Music career


Music career




2003–05: Discovery and Trouble

Akon's alleged three years in jail saw him begin to recognize his music abilities and develop an appreciation for his musical background. Music mogul Devyne Stephens, president of Upfront Megatainment first heard about Akon when the rapper Lil' Zane brought him along to Stephens' rehearsal hall, a place that at the time saw talents such as Usher and TLC being developed.[11] The relationship between Stephens and Akon began as a friendship and mentorship, with the young artist regularly stopping by to ask for advice, but when Akon lost his deal with Elektra Stephens signed him to his production company and began grooming him professionally.[11][12] The songs Akon recorded with Stephens were brought to the attention of Universal's imprint SRC Records.[12] In an interview with HitQuarters SRC A&R Jerome Foster said, "What caught my attention right away was "Lonely", and I said, 'this kid is official - this is a huge record."[12] Foster and SRC CEO Steve Rifkind immediately boarded a private plane to Atlanta to meet the young artist.[12] Akon knew of Foster's work as producer Knobody and so there was a mutual respect for one another and the pair hit it off.[12]
Akon's solo debut album, Trouble was released on June 29, 2004. It spawned the singles "Locked Up" and "Lonely", "Belly Dancer (Bananza)", "Pot Of Gold", and "Ghetto." The album was the first release of his new record label Konvict Music. The inspiration for his debut single allegedly came from his three-year stint in prison for ‘grand theft auto’.[5] "Locked Up" reached the top 10 in the U.S. and the top five in the UK. "Ghetto" became a radio hit when it was remixed by DJ Green Lantern to include verses from rappers 2Pac and The Notorious B.I.G. The album is a hybrid of Akon's silky, West African-styled vocals mixed with East Coast and Southern beats. Most of Akon's songs begin with the sound of the clank of a jail cell's door with him uttering the word "Konvict".[13]
In 2005, he released the single "Lonely" (which samples Bobby Vinton's "Mr. Lonely"). The song reached the top five on the Billboard Hot 100, and topped the charts in Australia, the UK and Germany. His album also climbed to number one in the UK in April, 2005. When music channel The Box had a top ten weekly chart, which was calculated by the amount of video requests, Akon's "Lonely" became the longest running single on the top of the chart, spanning over fifteen weeks. Akon then released another single featuring with a New Zealand rapper, Savage with the single Moonshine, which had become a success in both New Zealand and Australia, becoming number one in the New Zealand charts. In 2005, He made his first critically acclaimed guest appearance on Young Jeezy's debut album, Let's Get It: Thug Motivation 101, with the song "Soul Survivor." In December the same year his manager, Robert Montanez was killed in a shooting after a dispute in New Jersey.

2006–07: Konvicted

Akon performing with Gwen Stefani on The Sweet Escape Tour.
Akon's second album, Konvicted was released on November 14, 2006. It included collaborations with EminemSnoop Dogg and Styles P. The first single "Smack That" featuring Eminem was released in August 2006 and peaked at number two on the Billboard Hot 100 for five consecutive weeks. "I Wanna Love You," (featuring Snoop Dogg) was the second single released in September, it would go on to earn Akon his first number-one single on the Billboard Hot 100, and Snoop's second. "I Wanna Love You" topped the U.S. charts for two consecutive weeks. In January 2007, a third single "Don't Matter" which earned him his first solo number one and second consecutive Hot 100 chart topper was released. "Mama Africa" was released as a European single in July 2007, making it the fourth overall single from the album reaching just 47 in the UK.
To coincide with the release of the Platinum (deluxe) edition of the album "Sorry, Blame It on Me" was the album's fifth single, debuted in August 2007 on the Hot 100 at number seven. The deluxe version was fully released on August 28, 2007. The final single was confirmed by Akon to be "Never Took the Time."[14]Konvicted debuted at number two on the Billboard 200, selling 286,000 copies in its first week. After only six weeks, Konvicted sold more than one million records in the U.S. and more than 1.3 million worldwide. The album was certified platinum after seven weeks, and after sixteen weeks it was certified double platinum. It stayed in the top twenty of the Billboard 200 for 28 consecutive weeks and peaked at number two on four different occasions. On November 20, 2007, the RIAA certified the album ‘triple platinum’ with 3 million units sold in the US. It has sold more than 4 million copies worldwide.
On October 5, 2006, Akon broke a record on the Hot 100, as he achieved the largest climb in the chart's 48-year-history with "Smack That" jumping from number 95 to 7. The leap was fueled by its number six debut on Hot Digital Songs with 67,000 downloads. The record has since been broken several times. In December 2006, Akon's "Smack That" was nominated for Best Rap/Sung Collaboration at the 49th Annual Grammy Awards, but lost to Justin Timberlake and T.I.'s "My Love".

2008–09: Freedom

Akon released his new album Freedom on December 2, which spawned four singles: "Right Now (Na Na Na)", "I'm So Paid" (featuring Lil Wayne and Young Jeezy), "Beautiful" (featuring Kardinal Offishall and Colby O'Donis) and "We Don't Care", We Don't Care has failed to chart significantly in many countries, only reaching 61 in the UK and 91 in Australia so far. After the unexpected death of The King Of Pop Michael Jackson, who Akon was working with in Jackson's last years, Akon released a tribute song called "Cry Out Of Joy". Akon & Michael Jackson were close friends near the end of Jackson's life.
Speaking of his relationship with Michael Jackson to noted UK R&B writer Pete Lewis of the award-winning 'Blues & Soul' in October 2008, Akon stated: "Mike is the King Of Pop, and I think that it's a dream come true for ANY major artist/songwriter/producer to be able to work with the best in the business! You know, to work with someone like Mike – who's created opportunities, opened doors for so many people, and achieved so much in the music world, period – is just an experience which would be enough to take home for ANYONE! I mean, when I first flew up to Vegas and met him it was almost like we'd known each other for YEARS! LITERALLY! 'Cause musically we were on the same exact page! The chemistry was just INCREDIBLE! And, as a person, he was the most cool, humble dude I've ever met! I mean, we even actually got to go to the movies together – in broad daylight! Which was an experience in itself!"[15]
David Guetta collaborated with Akon in Sexy Bitch, a first house track by Akon, and has been a "summer anthem" across the globe. Reaching #1 in more than 6 countries, and charting at 5 on theBillboard Hot 100 , it is featured on Guetta's One Love album. Which has made it his 19th Top 20 hit worldwide.

2010–present: Akonic

It was announced in late 2009 that Akon's fourth studio album, Akonic, was set for release in the first quarter of 2010. However, following managerial commitments to other artists, work on the album has not been completed. It was suggested that this would push the album's release back to 2011. However, this was proven false as the album will actually be released on November 29, 2010. Akon had also stated that the title of the album may change between now and that time, since originally it was titled "Stadium Music" or "Stadium".[16] Two tracks from the album have been leaked onto the web - "Nosy Neighbour", which was suggested for the lead single, and "Party Animal", both of which have been produced by David Guetta. The album's lead single, "Angel", was released to US radio stations on September 14, 2010.[17], but it will be released as a single on September 27, 2010.

Featured Projects

Other work

Television and film

Akon has confirmed that a reality television show is in the works. It will be called "My Brother's Keeper" and the point is that Akon's two nearly identical brothers will go around in Atlanta posing as him fooling people into thinking that it is in fact Akon. They will try to get VIP treatment, girls and free things. Akon has claimed that people have mistaken his brothers for him many times in Atlanta which is what the show is based on.[30]
Akon is planning to work on a full-length movie titled Illegal Alien. The film is based on some of the events of his life and actor Mekhi Phifer is set to play him. Besides Akon confirmed in August 2007, in the interview with Polish website INTERIA.PL, that he works on a movie "Cocaine Cowboys," which tells the story of Jon Roberts, the main pilot of Medellin Cartel (Colombian drug traffickers).[31] He was also featured on a Verizon Wireless commercial and singing Snitch along with Obie Trice on a CSI: Crime Scene Investigation episode named "Poppin' Tags."
On November 30, 2007, Akon entered the Big Brother house in Pinoy Big Brother Celebrity Edition 2 as a guest so the housemates can meet him for only 100 seconds.
He also appeared on November 17, 2008 edition of WWE Raw, with Santino Marella citing him in his speech. Because of Santino's Italian Stereotyping, he mispronounced Akon's name to "Akorn".
On April 27, 2008, Akon appeared with Colby O'Donis in Dance on Sunset.
On January 27, 2010, Akon performed on the Brazilian reality show Big Brother Brasil.[32]

I like akon music, the mostly :

Ø    Beautiful



Ø    Na na na na


Ø    Be with you


Ø    lonely